Tugas Pribadi 3 - INFLASI DAN OVERSTATEMENT

INFLASI DAN OVERSTATEMENT

DEFINISI INFLASI 
·             Berbagai definisi tentang inflasi telah dikemukakan oleh para ahli.
Ø  Nanga (2001: 237) menyatakan bahwa Inflasi adalah suatu gejala di mana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus – menerus. Kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali waktu saja tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi.
Ø  Menurut Rahardja (1997: 32), Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus-menerus.Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, tetapi jika kenaikanmeluas kepada sebagian besar harga barang-barang maka hal ini disebut inflasi.
Ø  Sementara itu Eachern (2000: 133), menyatakan bahwa Inflasi adalah kenaikan terus-menerus dalam rata – rata tingkat harga. Jika tingkat harga berfluktuasi, bulan ini naik danbulan depan turun, setiap adanya kenaikan kerja tidak berarti sebagai inflasi.
Ø  Sedangkan Sukirno (2004: 27) memberikan definisi bahwa inflasi adalah suatu proses kenaikanharga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.
Ø  Selanjutnya BPS (2000: 10)mendefinisikan inflasi sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomisuatu wilayah atau daerah yang menunjukkan perkembangan harga barang dan jasasecara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen. Dengan demikian angka inflasisangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap, dan di sisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi barang.Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambilkesimpulan bahwa secara umum inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terus-menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang. Kenaikan yang sifatnya sementaratidak dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi.Ada beberapa cara yang dikemukakan untuk menggolongkan jenis-jenis inflasi.Penggolongan pertama didasarkan pada parah atau tidaknya inflasi tersebut.

·      Sukirno(2005: 11) membedakan beberapa macam inflasi yaitu:
o   1. Inflasi Merayap (inflasi yang terjadi sekitar 2-3 persen per tahun)
o   2. Inflasi Sederhana (inflasi yang terjadi sekitar 5-8 persen per tahun)
o   3. Hiperinflasi (inflasi yang tingkatnya sangat tinggi yang menyebabkan tingkat hargamenjadi dua kali lipat atau lebih dalam tempo satu tahun.

·         Sedangkan menurut Nanga (2005: 247) dilihat dari tingkat keparahannya, inflasi dapat dipilah dalam tiga kategori:
o   a. Inflasi sedang (moderate inflation)Yaitu inflasi yang ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara lambat, dan tidak terlalu menimbulkan distorsi pada pendapatan dan harga relatif.
o   b. Inflasi ganas (galloping inflation)Yaitu inflasi yang mencapai antara dua atau tiga digit seperti 20, 100 atau 200 persen pertahun dan dapat menimbulkan gangguan-gangguan serius dalam perekonomian.
o   c. Hyperinflasi (Hyperinflation)Yaitu tingkat inflasi yang sangat parah, bisa mencapai ribuan bahkan milyar persen pertahun, merupakan jenis yang mematikan.

·         Jenis inflasi dilihat dari faktor-faktor penyebab timbulnya (Nanga, 2005: 245):
o   a. Inflasi tarikan permintaan Inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yangterlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat.
o   b. Inflasi dorongan biaya Inflasi yang terjadi sebagai akibat adanya kenaikan biaya produksi yang pesatdibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi perusahaan.
o   c. Inflasi struktural Inflasi yang terjadi akibat dari berbagai kendala atau kekakuan struktural yang menyebabkan penawaran menjadi tidak responsif terhadap permintaan yang meningkat.

DAMPAK INFLASI
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi danproduksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan temenyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

CARA MENGATASI INFLASI
 Cara mengatasi inflasi. Pemerintah melakukan bebarapa kebijakan sebagai berikut :
·                     Kebijakan moneter, adalah kebijakan pemerintah melalui bank sentral mengatur jumlah uang yang beredar. kebijakan moneter berupa kebijakan diskonto, pasar terbuka, Cash ratio dan pembatasan kredit.
·                     Kebijakan fiskal, adalah kebijakan mengatur pengeluaran pemerintah dan mengatur perpajakan. untuk mengatasi inflasi pemerintah mengambil langkah : (1) menekan pengeluaran pemerintah. (2) menaikkan pajak. (3) mengadakan pinjaman pemerintah.
·                     Kebijakan non Moneter adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi inflasi diluar kebijakan Moneter dan kebijakan fiskal. kebijakan non moneter yang dilakukan pemerintah antara lain : mengendalikan harga, menaikkan hasil produksi, dan kebijakan upah.

OVERSTATEMENT
Overstatement menurut bahasa adalah pernyataan yang berlebih-lebihan. Overstatement di bidang ekonomi  contohnya dalam penyesuaian inflasi terhadap harga pokok penjualan dan beban depresiasi dirancang untuk menentukan laba, seperti dilaporkan agar tidak terjadi overstatement laba. Meskipun begitu akibat hubungan negatif antara inflasi lokal dan nilai valuta, perubahan kurs antara laporan keuangan saru dengan laporan keuangan yang lain yang berurutan , yang umumnya diakibatkan oleh inflasi (paling tidak selama satu periode tertentu), akan menyebabkan perusahaan merefleksikan paling tidak sebagian dampak inflasi (yaitu, penyesuaian-penyesuaian ganda, kerugian translasi yang telah tercermin dalam laba seperti dilaporkan sebuah perusahaan harus diperhitungkan sebagai bagian dari penyesuaian inflasi.

Daftar Pustaka 
Sukirno, Sadono. (2004). Makro Ekonomi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.
Eachern, William. A. Mc. (2000). Ekonomi Makro: Pendekatan Temporer. Terjemahan.Jakarta: Salemba Empat.
Rahardja, Prathama. (1997). Uang dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nanga, Muana. (2005). Makroekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan. Edisi Kedua.Jakarta: PT. Raja Grafika Persada.


Komentar

Postingan Populer